Jakarta -Hampir tiap hari ada saja berita kecelakaan yang menghiasi media di Indonesia. Wajar saja, soalnya Indonesia merupakan negara dengan tingkat kecelakaan tertinggi ke-5 di dunia.
Hal itu disampaikan instruktur mengemudi profesional yang telah tersertifikasi oleh Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP), Nugroho Respati Indonesia.
Selama 2014, setidaknya ada 1,24 juta orang di seluruh dunia meninggal di jalan raya.
"Kalau kita lihat data statistik, Indonesia ada di peringkat 5 di dunia sebagai negara dengan tingkat kecelakaan lalu lintas tertinggi. Kalau kita lihat dalam satu tahun di dunia selama 2014 ada 1.240.000 orang meninggal di jalan raya di dunia," kata pria yang akrab disapa Yoyok di acara Diskusi Media "Meningkatkan Keselamatan dan Efisiensi Berkendara" di Jakarta, Rabu (4/2/2015).
Jika tidak dibarengi solusi yang nyata, angka itu bakal terus meningkat. Dipredisi, pada 2020 korban meninggal dunia di jalanan akbiat kecelakaan bisa bertambah menjadi 1,9 juta kalau tidak ada solusi safety driving.
"Kalau tidak direm tahun 2020 meningkat menjadi sekitar 1,9 juta orang," kata Yoyok.
Di Indonesia, kata Yoyok, setidaknya terjadi 12 kecelakaan setiap jam. Kecelakaan itu menimbulkan korban meninggal rata-rata 3 jam dalam satu jam.
Dengan angka tersebut, jumlah kematian akibat kecelakaan lalu lintas menduduki peringkat ketiga dalam penyebab kematian di Indonesia. Dalam satu tahun, kecelakaan itu menimbulkan kerugian hingga Rp 255 miliar.
"Setiap jam terjadi 12 kecelakaan, yang meninggal 3 dalam satu jam di Indonesia. Kalau dikalikan itu bisa menjadi 69 sampai 70-an orang. 100.000 kecelakaan dengan 26.000 korban jiwa, kerugiannya 255 miliar dalam satu tahun," tutur Yoyok.
Karena itu pengendara selalu disarankan untuk tidak berkendara agresif dan menjaga perilaku berlalu lintas yang baik.
"Berbicara masalah attitude berkendara, dengan penjualan mobil 1 juta dan 7,9 juta motor setahun, kita lihat jalan-jalan raya lebih banyak kendaraan motor. Kalau tidak dibarengi attitude, jalan makin parah," kata Duta Safety Driving yang juga pebalap nasional, Rifat Sungkar.
"Kalau volume enggak cukup, itu harus mengandalkan atittude pengendaranya. Tidak hanya buat diri kita tapi juga kepada semua pengguna jalan lain," lanjutnya.
Menurutnya, orang-orang yang sudah beredar di jalan dan sudah memiliki SIM itu sudah dianggap dewasa. Logikanya, orang yang sudah dewasa sudah harus melakukan hal yang lebih baik lagi. Salah satunya adalah sikap di jalanan.
"Orang yang udah punya title dewasa, pastinya orang harus berbuat lebih baik," ujarnya.
0 comments:
Post a Comment