Tapi melindungi leher saat mobil mengalami benturan
Daihatsucirebon - Jakarta - Tak henti-hentinya OTOMOTIF menurunkan tulisan mengenai keamanan berkendara. Disebabkan masih sangat banyak yang melalaikan perangkat keselamatan yang ada di kabin. Salah satunya head restraint, atau lebih dikenal dengan nama headrest.
Sangat banyak pengendara yang masih melupakan fungsinya. Padahal, keberadaan head restraint ini untuk mencegah terjadinya akibat fatal dari suatu kejadian. Dengan kepadatan lalu lintas saat ini, kemungkinan terjadinya benturan baik dari depan maupun belakang menjadi besar.
Sebab itu, harus diperlakukan dengan benar. Jangan pernah mengganggap sebagai hiasan belaka. Dibiarkan tetap berada pada tempatnya dan tak pernah disentuh. Sebab fungsinya sangat vital. "Menopang kepala ketika terjadi benturan mencegah kepala atau tulang leher cedera parah," sebut F. Sony Susmana, pendiri lembaga pendidikan defensive driving SDCI.
Saat terjadi benturan, maka kepala akan mengarah ke sisi yang terdapat benturan. Setelah itu akan kembali pada arah kebalikannya. Ketika benturan dari depan, gerak pertama kepala akan ke arah depan dan kembali ke belakang. Seandainya posisi headrest tidak pas, maka gerak balik kepala tersebut akan terlalu bebas dan membuat tulang leher dan lainnya bisa cidera.
Seandainya benturan dari belakang, maka gerak kepala akan langsung ke belakang. Posisi headrest yang salah menjadikan tulang leher mudah cedera. Ketika gerak kepala ke belakang inilah, headrest berfungsi menahan geraknya supaya tidak terlalu bebas.
Saat ini masih banyak pengemudi yang posisi kepalanya jauh diatas dari headrest (gambar 1). Tidak dilakukan penyetelan, padahal ketinggian bisa disesuaikan. Hal ini berpotensi celaka serius. Lalu bagaimana posisi yang ideal? Menurut Sony, harus disetel sesuai standar keamanan yang ada.
"Salah satu patokannya, bagian atas kuping garis lurus dengan bagian tengah dari headrest," tambahnya (gambar 2). Pada posisi ini, maka ketika terjadi benturan kepala akan sepenuhnya ‘dipegang' headrest. Sebab itu pula selalu berbahan empuk.
Poin pertama, headrest harus bisa ‘memegang' kepala seutuhnya. Kendala lain biasanya posisi tetap dibawah kepala, padahal setelan sudah habis. Mungkin karena sandaran jok yang terlalu rebah. Biasa terlihat pada mobil-mobil yang dikendarai kawula
muda biar dibilang gaya. Berarti, sandaran jok yang harus disesuaikan. Tegakkan sedikit, maka otomatis posisi headrest juga menjadi lebih tinggi. Setelah posisi benar, sesuaikan juga jaraknya dengan kepala. Menurut Sony, ruang antara tersebut berkisar 5-10 cm. Dengan jarak tersebut, saat terjadi benturan kepala belum sempat bergerak bebas namun sudah ‘tertangkap' oleh penahan.
Sangat pentingnya penahan kepala ini sampai-sampai diciptakan active headrest. "Untuk produk di Indonesia ada di Sportage dan Sorento," sebut Arifani Perbowo, General Manager Product Planning PT Kia Mobil Indonesia (KMI).Kehadiran teknologi ini membuat potensi cedera bisa semakin dikurangi lagi.
"Saat tabrakan, badan kita maju, headrest juga maju. Saat badan kita kembali ke sandaran kursi ada mekanisme yang tertekan oleh badan yang menyebabkan headrest ke belakang, seakan menerima kepala dengan smooth. Jadi sistemnya elektrik dan mekanik," jelas Ape, sapaan akrabnya.
Pemicu fungsi headrest secara elektrik tadi ada di sandaran jok (gambar 3), akan mulai bekerja bersamaan dengan airbag. Sebab sensornya dijadikan satu.Satu lagi, perlu diingat juga bahwa headrest ini bukan untuk ‘menyimpan' kepala selama berkendara.
Sebab justru akan bahaya jika hal ini dilakukan. Pengendara akan terasa nyaman dan memberi efek mengantuk. Di beberapa kendaraan, headrest sengaja dibuat tidak nyaman untuk menyendarkan kepala. Hal yang sangat penting dilakukan, jangan pernah membalik headrest bahkan mencopotnya.
Sebab fungsinya akan serta merta hilang dan juga menjadi pemicu cedera parah seputaran leher.
0 comments:
Post a Comment